BANDUNG DAILY NEWS – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung berkomitmen untuk mengurangi volume sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, yang saat ini berada dalam kondisi kritis. TPA Sarimukti mengalami overload hingga 1000 persen dan diperkirakan akan habis pada Maret 2025 jika tidak ada tindakan pengurangan yang signifikan.
“Pengurangan ritase sampah ini penting untuk memperpanjang usia pakai TPA Sarimukti. Kita menargetkan pengurangan dari 172-176 rit per hari menjadi 140 rit mulai 1 Desember 2024,” jelas Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Dudi Prayudi, Jumat (4/10).
Dudi menambahkan bahwa TPA Sarimukti yang seharusnya mendapatkan perluasan pada Juni 2024 kini mengalami kendala, dan perluasan tersebut baru bisa dilaksanakan pada 2025. Untuk itu, Pemkot Bandung menyiapkan rencana aksi pengurangan sampah dalam beberapa fase.
Pada fase pertama, yang berlangsung dari Oktober hingga November 2024, DLH menargetkan pengurangan ritase hingga 32 rit per hari dengan optimalisasi beberapa program, antara lain Magotisasi di 151 kelurahan, yang saat ini mengolah 34,63 ton sampah organik per hari, dengan target meningkat menjadi 45,3 ton per hari; Optimalisasi TPS3R dari lima lokasi; Operasionalisasi TPST di lokasi Tegalega dan Nyengseret; serta Penggunaan teknologi di TPST Batununggal.
“Ini perlu menjadi perhatian agar bisa menjalankan skenario mengurangi dari 170 ke 140 rit,” tegas Dudi.
Pj Wali Kota Bandung, A. Koswara, juga menekankan pentingnya sistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
“Sistem ini harus menjadi bagian dari ekosistem perkotaan yang berkelanjutan. Kita harus memikirkan solusi jangka panjang agar Bandung menjadi kota ramah lingkungan,” ujarnya.
Koswara mendorong kolaborasi yang lebih erat antara Pemkot dan berbagai stakeholder.
“Karena ini adalah upaya bersama yang melibatkan seluruh elemen masyarakat,” tegasnya.
Rencana aksi ini juga mencakup penerapan kebijakan zero waste di berbagai sektor, termasuk perkantoran, pasar, dan rumah sakit. Semua lurah dan camat diinstruksikan untuk menangani sampah liar di wilayah masing-masing, serta meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah di setiap kluster.
“Saya minta semua bekerja optimal. Kalau kita tidak bekerja maksimal, darurat sampah bisa terjadi lagi,” tutup Koswara.***